AllahSWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS.
PerguruanPencaksilat Tradisional Beksi Sikut Bang Ito Mulai Bangkit Terus Sekarang(Jakarta, MADINA): Sekarang, Septembert 2016, Perguruan Pencaksilat Tradis
Karenaitu, muhasabah sudah seharusnya menjadi bagian tak terpisahkan dari pribadi seorang muslim, seperti yang ditegaskan dalam ayat di atas. Umar bin Khattab, seorang khalifah dari kalangan sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, pernah mengingatkan umat Islam dengan perkataannya yang sangat populer, "Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu'.
ImamTurmudzi meriwayatkan ungkapan Umar bin Khattab: Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu. "Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari aradh akbar (Yaumul Hisab). astaghfirrullohal'adzim. saya hanya diri yang lemah. goresan tulisan ini semoga bisa bermanfaat. aamiin
Hasibuanfusakum qobla an tuhasabu, koreksi diri sendiri sebelum kamu mengoreksi orang lain di dalam Agama Islam bila kita melihat sesuatu dilihat dari banyaknya manfaat (kebaikan) atau mudhorot (kejelekan) sesuatu atau banyaknya perbuatan yang baik dan yang buruk yang dilakukan seseorang. Kalau dilihat lebih banyak manfaatnya maka perbuatan
Sebelumhari perhitungan benar-benar kita hadapi. Pantas jika Umar bin Khaththab sering mengingatkan umat Islam untuk selalu melakukan muhasabah diri. "Hasibu qobla an tuhasabu," artinya hitunglah diri kalian sebelum datang hari perhitungan. Dalam pandangan Hasan Al-Bashri muhasabah akan meringankan hisab di hari akhir.
Imam'Ali as berkata, " Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu " (hitunglah dirimu sebelum kamu dihitung). 3 Instropeksi adalah salah satu bentuk penghitungan diri, dan merupakan alat penting bagi manusia dalam memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Bila seseorang
Umarbin Khattab mengatakan, "Hasibu anfusakum qobla antuhasabu." (Evaluasilah (hisablah) dirimu sendiri sebelum kalian dihisab (di hadapan Allah kelak)". Perkataan Umar tersebut mengajarkan kepada kita untuk terus mengintrospeksi diri, menghitung-hitung amalan kita apakah amal baik melebihi amal jelek kita? Atau malah sebaliknya.
NPbotR.
Sabda Nabi Hasibu qobla an tuhasabu,” artinya hitunglah diri kalian sebelum datang hari perhitungan. Inilah hadis yang sarat makna. Yang terbersit dalam benak kita adalah diri menghitung-hitung apa yang telah diperbuat dalam sehari, 1 jam, 1 menit, 1 detik bahkan dalam hembusan nafas saat keluar dan masuk. Sedang apa dan berbuat apakah diri?. Adakah dalam waktu itu berbuat amal shaleh atau malah sebaliknya. Untuk melatih dan membiasakan menghitung diri sendiri diperlukan ketelitian untuk melihat serangkaian amalan atau usaha baik dalam kerangka ibadah maupun usaha dunia yang di khususkan untuk tujuan akhirat. Hitungan perbuatan bukan hanya gerak panca indera dan anggota tubuh namun termasuk juga diamnya melalui wujud gerak dan desiran dan keinginan hati. Bila teliti dalam melihat gerak dan perbuatan lahir dan gerak batin barulah orang itu disebut pandai menghisab diri. Serangkaian amalan dan latihan itu akan meringankan hisabnya kelak dan berarti dirinya sudah terlatih. Dalam menghitung diri ada beberapa panduan yaitu terkait amanat yang diberikan Allah kepada setiap diri yaitu terkait, umur, raga, ilmu dan hartanya sesuai sabda Nabi Saw yaitu “Tidak bergeser kaki seorang hamba sehingga ia akan ditanya tentang 4 perkara yaituTentang umurnya untuk apa ia habiskan?,Tentang badannya untuk apa ia gunakan?,Tentang ilmunya untuk apa ia amalkan?,Tentang hartanya darimana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan?. Attarmizi. Namun demikian dengan kehendak Allah dimungkinkan seseorang dalam keadaan tertentu tanpa mendapat hisab yaitu golongan hamba yang beriman terdiri dari para nabi dan Rasul serta aulia, para syuhada dan orang yang sabar. Tiada balasan Allah bagi orang yang sabar kecuali surga, telah difirman Allah secara berulang-ulang sebagai berita gembira bagi hambaNya yang mau bersabar. Firman Allah Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan pula. Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya “Kesejahteraan dilimpahkan atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya”. Azzumar 73 Orang yang tidak ingin dirinya menemui hisab sudah tentu akan berusaha dan berupaya untuk melatih diri dan membiasakan menghisab diri sendiri. Namun demikian lain halnya orang yang tidak melatih atau mengadakan perhitungan diri. Buat orang demikian menghitung diri menjadi suatu pekerjaan yang membuat susah dan kesal hati, mengeluh terus menerus, akibat ketidak biasaan diri menjawab setiap hal terkait 4 pertanyaan itu. Hidupnya akan larat dan asyik terus menjerumuskannya dirinya ketempat hina dan menjadi murka Allah, tanpa ada keinginan untuk introspeksi dengan menghitung-hitung dirinya. Orang yang demikian diakhirat kelak sudah pasti akan kesulitan menjawab, karena laku dan perbuatan mereka lebih cenderung tiada perduli dengan hitungan diri itu. Maka itu bagi mukmin hendaklah tidak melengahkan diri mengenai hal ini. Harus mawas diri dalam segala hal termasuk mengamati gerak dan diamnya, penglihatan, mata, detak niatnya dalam rangkaian usahanya utk akhirat. Sebab usaha yang diistilahkan dengan jual beli ini bakal meraih keuntungan yaitu berupa surga bersama para nabi para siddik dan syuhada Duratun Nasihin Dengan demikian muhasabah berarti perlu kita lakukan setiap hari. Mengenai waktunya, Ibnu Qayyim berkata, “Muhasabah itu dilakukan sebelum melakukan perbuatan dan setelah melakukan perbuatan.” Demikian beliau terangkan dalam kitabnya Mukhtashar Minhajul Qashidin. Muhasabah sebelum melakukan perbuatan seorang Muslim berhenti pada awal keinginan dan kehendaknya serta tidak bersegera melakukan perbuatan sampai jelas statusnya. Setidaknya ada tiga pertanyaan yang harus dijawab. Pertama, apakah perbuatan yang diiginkan mampu dilakukan atau tidak. Kedua, apakah perbuatan itu sesuai syariat. Ketiga, apakah perbuatan itu akan dilakukan ikhlas karena Allah. Sementara itu, untuk muhasabah setelah melakukan perbuatan dapat dicek melalui apakah perbuatannya sesuai syariat dan apakah dilakukan ikhlas karena Allah. Menurut Ibnu Qayyim muhasabah setelah melakukan perbuatan ini ada tiga macam. Pertama, muhasabah atas ketaatan yang diabaikan. Kedua, muhasabah atas setiap perbuatan yang apabila ditinggalkan lebih baik daripada dilakukan. Ketiga, muhasabah atas perbuatan yang mubah yang tidak dilakukannya. Lebih jauh Ibnu Qayyim berkata, “Seyogyanya bagi seorang Muslim itu menyisihkan waktunya pada pagi hari dan sore hari untuk muhasabah diri. Dan ia menghitungnya sebagaimana para pedagang dengan rekan-rekannya menghitung keuntungan dan kerugian transaksi mereka setiap akhir penjualan.” Wallahu alam
Umar bin Khaththab sering mengingatkan umat Islam untuk selalu melakukan muhasabah diri. "Hasibu qobla an tuhasabu." Artinya, hitunglah diri kalian sebelum datang hari perhitungan yang pandangan Hasan Al-Bashri, muhasabah akan meringankan hisab di hari akhir kelak. Sebab Allah swt. tidak pernah melewatkan satu perbuatan pun, melainkan telah tercatat di sisi-Nya. "Allah mengumpulkan mencatat amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya" QS. Al-Mujadilah 6. Jadi tidak sepatutnya jika seorang muslim melewati hari-harinya tanpa melakukan muhasabah diri. Karena hanya dengan muhasabah itulah hati kita terjaga dari kelalaian, mulut terhindar dari mengucapkan keburukan, dan perbuatan kita akan terpelihara dari segala maksiat dan demikian, muhasabah perlu kita lakukan setiap hari. Mengenai waktunya, Ibnu Qayyim berkata, "Muhasabah itu dilakukan sebelum melakukan perbuatan dan setelah melakukan perbuatan." Demikian beliau terangkan dalam kitabnya Mukhtashar Minhajul pandangan Ibnu Qudamah, seyogianya seorang muslim menyisihkan waktunya pada pagi dan sore hari untuk introspeksi diri. Dan ia menghitungnya sebagaimana para pedagang dengan rekan-rekannya menghitung keuntungan dan kerugian transaksi mereka setiap akhir perjalanan satu hari, kebaikan apa yang telah kita lakukan. Pun sebaliknya, keburukan atau dosa apa yang pernah kita perbuat. Dengan demikian, jika kita pandai menghisab diri, insya Allah kita akan terhindar atau paling tidak, meminimalisasi perbuatan pula yang dilakukan para sahabat Nabi. Mereka tidak pernah menutup malam kecuali telah melakukan muhasabah. Bahkan Abu Bakar pun menghisab dirinya wafatnya, Abu Bakar memanggil putrinya Aisyah. Ia berkata, "Sesungguhnya semenjak kita menangani urusan kaum muslimin, tidak pernah makan dari dinar dan dirham mereka. Yang kita makan adalah makanan yang keras dan sudah rusak" HR. Ahmad.Abu Bakar dan sahabat Nabi lainnya benar-benar serius menghisab diri. Hal tersebut tidak lain karena hadis Nabi yang berbunyi, "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara. Tentang umurnya untuk apa dihabiskannya. Tentang masa mudanya digunakan untuk apa. Tentang hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu" Tirmidzi.